Jumat, 11 November 2016

Allah's Way (Menginap di Hotel Berbintang RS)

Betapa sehat merupakan suatu nikmat yang bila disyukuri tiada habisnya. Makan enak, tidur pulas, duduk nyaman. Ya Allah. Ketika sakit, saat diam pun terasa berbagai hal. Kepala sakit, perut sakit, badan pegal. Ingin rasanya mati sejenak saat itu. Astaghfirullah.

Kejadian-kejadian yang dialami semua makhluk di muka bumi ini tentu sudah atas izin-Nya juga kehendak-Nya. Tak luput, penyakit yang tempo hari menimpaku pun tentu sudah diatur-Nya. Demam Berdarah atau DBD atau orang medis seringkali menyebutnya DHR. Bagi orang awam sepertiku, penyakit ini berasal dari gigitan nyamuk tertentu yang kemudian meninggalkan benih benih virus di dalam tubuh di manusia yang terkena gigitannya. Beraksilah virus tersebut, memainkan siklus dan segala rupanya. Dan itu terjadi pada tubuhku.

Lalu, darimana aku terkena gigitan nyamuk itu? Banyak dugaan. Wallahu a'lam. Yang jelas, gigitannya telah membuatku merasakan untuk pertama kalinya terbaring di rumah sakit dan ditusuki jarum infus berhari-hari.

Kusebut ini teguran juga mungkin ujian. Bisa jadi selama ini, aku terlalu asyik dengan kehidupan dunia. Sementara, menghadap-Mu hanya selewat saja. Beribadah wajib saja. Maaf. Ampuni aku ya Allah :( Jika itu merupakan ujian, tampaknya belum dapat disematkan pada diri yang penuh dosa ini. Berlumur lumpur dosa. Ujian hanya diperuntukkan bagi mereka yang bertakwa. Aku? Entah.

Tepat pada Rabu malam, 2 November 2016, rasa demam itu mulai muncul. Tidak terlalu tinggi sehingga setelah shalat Isya kubaringkan badan ini di kasur dan terlelap selama 8,5 jam. Esoknya, semua baik baik saja. Berangkatlah ke kampus seperti biasa. Tidak ada yang janggal. Memang siangnya aku tidak makan di kampus, karena satu dan lain hal. Sampai di rumah pun sudah sore sehingga jadinya makan siang yang dirapel dengan makan malam 👍

Jumat pagi, shubuh lebih tepatnya, sekitar jam 5 lebih 10 menit. Sehabis membuang sampah ke lapangan dekat rumah, rasa demam itu kembali muncul. Dingin. Ingin tidur kembali. Mestinya aku kuliah jam 9. Tapi, karena tidak tahan, kubawa istirahat. Lama-kelamaan, kepala semakin sakit. Sakit sekali! Menangis tak jelas, berteriak tak tentu arah. Hanya kucing-kucing kesayangan yang kebingungan menatap tingkahku. Tak ada seorangpun di rumah selain diriku (dan kucing-kucing).